Kamis, 04 Februari 2016

Kelahiran Pangeran Zaidan

Sudah tahun 2016 ni. Keset bgt ya pnya blog g pernah diurusi. Yaaa maklumlah kan sekarang sudah punya buntut 2. Satu anteng satu ribut, begitu seterusnya sampai malam menjelang.Alhamdulillah masih diberi ingatan kalo punya blog. Yang jelas sich rindu nulis. Kali ini cerita kelahiran anak kedua yuk. Sudah 7 bln yang lalu sich tapi ga papa lah.. Diambil hikmah dan ilmu yang penting aja yaw.. lets read!


Juni 2015
25 Juni, Kamis
HPL anak keduaku jatuh tanggal 25 Juni 2015. Tapi waktu itu saat tanggal 25 hari Kamis belum ada tanda2 janin ini akan lahir so aku masih enjoy aja momong Zidna bahkan geret mobil2nnya sampai beberapa kali putaran. Kan katanya suruh banyakin jalan2. Namun saat malam tiba tanda2 itu belum juga datang. Aq dan suami memutuskan kalo sampai jumat sore belum ada tanda2 Sabtu pagi akan USG.

26 Juni, Jumat
Masih belum ada tanda2. Akhirnya agak siang aku nyempetin ke suatu swalayan untuk melengkapi kebutuhan bayiku yang masih kurang seperti koncong dan 1/2 lusin popok. Sebenarnya perutku mulai tidak enak sepulang darisana karena mungkin disana tadi aku naik tangga 2 kali. Benar saja kurang lebih jam2 siang saat habis nyebokin Zidna ternyata sudah keluar lendir darah di celana. "Wah sudah mendekati kelahiran ni batinku". Mau tidak mau kenangan melahirkan dulu terpampang jelas di pikiranku. sakitnya kontraksi dan saat di jahit duuuh bikin ngilu tapi mo gimana lagi sudah fitrah. Disyukuri aja bisa normal meski meninggalkan jejak yang tidak akan bisa hilang.

Saat magrib tiba kontraksi itu mulai datang tapi belum teratur aq masih bisa sholat magrib dengan tegak. Namun semakin larut kontraksi semakin sering dan sakit. Tiap kali kontraksi datang aku menenggelamkan kepalaku di bantal sembari diiringi backsound dengkuran dari suamiku yang katanya "mau menemani". Sebenarnya suami sudah mengajakku ke RS ato bidan terdekat tapi aku belum mau. Khawatir disuruh pulang karena pembukaan masih 1 atau 2. 

27 Juni, Sabtu 
Akhirnya jam 2 malam aku merasa sudah tidak tahan dan tahu2 seperti ada yang nyeprot di celana mungkin ketuban. Kami bergegas menuju rumah bidan yang hanya berada di sebelah selatan rumah kami setelah seblumnya menitipkan Zidna di rumah mertua. Sesampainya disana aku sudah tidak tahan untuk tidak ngeden. Rasanya sudah mau keluar dan sakit luar biasa.Setelah dicek bu bidan sudah pembukaan 4 dan pecah ketuban. dengan aba2 dari bu bidan dan berdasarkan pengalamanku melahirkan Zidna aku ngeden berkali - kali tiap kontraksi datang. Entah sudah berapa kali aku ngeden dan akhirnyaaaaa lahirlah seorang bayi laki - laki jam 03.10 dini hari diiring teriakan sahur2 karena memang pas bulan Ramadhan. Alhamdulillah... Subhanallah.. aku kembali melahirkan seorang anak. Sungguh anugerah yang tak terhingga bahagianya... bayi dengan bb 3150 dan TB 47 cm itu kami beri nama Zaidan Arsyad Al-Haq. Panggilannya Zidan.
Zidna Ilmaddyena ( Zidna ) & Zaidan Arsyad Al Haq ( Zidan)

Setelah lahir Zidan langsung IMD sambil aku dijahit. Jangan bayangkan sakitnya tapi sungguh melihat bayi mungil itu dipelukanku membuat rasa sakit dijahit dan dibersihkan agak berkurang. Alhamdulillah..

Jangan ditanya repotnya punya 1 bayi dan 1 balita. Repot banget tapi just do it.. Awal2 Zidan lahir, Zidna demam seolah merasakan rasa sakit yang aku rasakan saat melahirkan. Saat2 awal itu sungguh berat bagiku. Aku ingin tetap momong Zidna tapi tidak punya daya akhirnya minta bantuan ibu mertua untuk momong sementara tapi dengan catatan cuma saat momong aja. Untuk tidur, mandi, maem tetap di rumah. Aku g mau Zidna jadi merasa tersisih setelah punya adek. Dan yang penting aku g mau Zidna kehilangan sosok ibu dan digantikan sosok simbah setelah punya adek. Itu penting. Mengapa?? Beberapa orangtua muda sperti kami ( ciee..) menitipkan anak pertamanya setelah anak keduanya lahir secara 100% kepada orgtua mereka. Menurutku itu tidak baik. Yaa mungkin ada sisi negatif dan positifnya. Tapi yang harus digarisbawahi adalah anak pertama kita harus kita biasakan sebagai kakak setelah adeknya lahir so kalo menjauhkan dia dengan adek dan ibunya itu malah kesalahan besar. Ada kan cerita ibu2 yang setelah melahirkan anak kedua dan anak pertamanya dititipkan ibu mertuanya 100% jadi takut tiap ketemu ibunya sendiri. Dia lebih memilih digendong dan bersama neneknya. Dan tidak bagusnya sang nenenk malah seolah jadi provokator yang menjauhkan anak dan ibunya tersebut. Naudzubillah..

Meski repot tiap pagi mandiin dua anak, nyuapin 2 anak, bersihin rumah double, nenangin kalo pada nangis tapiii ada kepuasan tersendiri sebagai seorang ibu bisa selalu bersama anak2nya. Dan kalau memang butuh bantuan untuk momong anak pertama harus diberi batas agar anak pertama tetap dalam kendali ibunya. Menurutku.. Seperti Zidna misalnya anak seusia dia lagi seneng2nya main, bolang dirumah2 tetangga. Karena aku g bisa ngikutin akhirnya tiap maen simbahnya selalu yang nemenin. Biasany sudah terjadwal dari jam 9 - 11 an dia main. Nanti dia pulang buat makan siang dan tidur siang. Sudah cukup sampai disitu pertolongannya. Dulu waktu awal2 adeknya sempat dia mandi rumah simbahnya beberapa kali dan aku begitu g sreg melihatnya. La gimana?? alat mandi harus dibawa kesana, belum minyak telon, belum baju dsb.. ribet.. Akhirnya aku bilang ke utinya untuk mandi di rumah aja dak jadi kebiasaan.. Saya g suka .. saya g suka..

Sebenarnya masih banyak yang perlu diceritain tentang mengasuh 2 balita ini. Tapi ko udah ngantuk ya.. bersambung dulu ya. semoga bisa cepet nulis di blog lagi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar